SOCIAL MEDIA

Sunday, March 3, 2019

Selangkah Menuju Rapi

Sebelumnya saya merasa menjadi rapi hanya sekedar meletakkan benda pada tempatnya. Rumah yang rapi adalah rumah yang tidak berantakan, semua tersusun dengan baik dan sedap di pandang mata.

Setelah membaca buku Marie Kondo tentang seni berbenah, saya mulai sadar bahwa menjadi rapi bukan hanya sekedar barang tersusun, rumah mengkilat, dan tidak ada baju bergelantung sembarangan.

Menjadi rapi adalah masalah mental.

Hal inilah yang membuka pikiran saya kenapa saya selalu gagal merapikan rumah. Kenapa setiap minggu saya selalu stress karena menginginkan rumah rapi tapi tidak tahu harus mulai dari mana. Karena rasanya tiap minggu harus terus menerus melakukan hal yang sama.

Ternyata, halangan terbesar saya menjadi rapi adalah mental saya yang memang belum siap. Bukan mental pemalas atau enggan rapi, tapi mental-mental yang akhirnya saya sadari keberadaannya diproses menuju rapi ini.

Satu diantaranya adalah stuck di masa lalu. Tidak heran baju saya selalu menumpuk meski saya terhitung jarang membeli baju. Bagaimana tidak, saya masih menyimpan baju saya saat saya berumur 19tahun. Itu berarti 11 tahun yang lalu. Saya selalu merasa sayang untuk membuang atau mendonasikan. Ah, baju ini terlalu banyak kenangan. Pasti itu yang menjadi alasan.

Bukan hanya baju, saya juga punya tumpukan buku yang akan saya baca besok, atau mungkin besoknya, dan akhirnya malah tidak pernah terbaca. Karena sayang, karena impulsif dalam membeli, karena ya mau aja disimpan. Huhuhu... 

Baju, buku lalu apa lagi? Buanyaaak! Kertas coretan Tata dan Mika yang terlalu unyu untuk dibuang, tupperwere dari yang asli sampai yang fake, kosmetik yang udah gak dipakai tapi sayang mau dibuang, dan mainan-mainan Tata Mika yang udah jadi bangkai sebenernya tapi terlalu enggan untuk memilah dan memilih.

Lalu punya cita-cita rapi?🐒

Setelah tahu posisi mental, lanjutnya mulai mengikuti satu-satu metode Konmari. Mulai cara memilih pakaian dan benda yang spark joy, sampai bagaimana menyusunnya agar lebih mudah dilihat, satu-satu dilakukan. Karena sudah tahu kondisi mental yang gampang ‘emanan’, saya mulai lebih aware dalam membeli sesuatu. Karena tahu bagaimana susahnya memilih beratus-ratus barang. Enggak mau dong, bikin susah diri sendiri dengan menambah barang-barang baru yang sebetulnya tidak terlalu perlu.

Dan bener banget, my life is changed.

Mental udah pelan-pelan berubah meski jauh dari sempurna. Ketagihan beberes tapi ternyata ada beberapa metode konmari yang sulit untuk dijalankan. Salah satunya adalah bagaimana cara melipat baju dan menatanya di lemari. Susyaaah betul karena lemarinya mendukung baju disusun menumpuk, bukan berderet-deret seperti yang di sarankan Konmari.

Lalu tetiba saya sadar telah mengikuti akun @gemarrapi. Akun ini dulunya adalah salah satu akun yang berkiblat pada konmari di Indonesia. Tapi karena adanya batasan dalam memakai nama Konmari, sekarang akun tersebut menjadi akun @gemarrapi yang fokusnya untuk “Menata Diri, Menata Negeri”! Wowww!!!

Dalam hati langsung seneng dan menganggap bahwa ini mungkin salah satu jalan untuk pelan-pelan merubah mental dan juga memberi cara-cara yang lebih ‘Indonesia’, cara yang tentu lebih bisa diterima oleh seluruh masyarakat di negeri ini.


Dan disinilah saya sekarang. Dikelas @gemarrapi. Selamat berjuang menuju rapi, Nina!!

No comments :

Post a Comment